Senin, 07 Februari 2011

“Surat Untuk Rachmat Yasin”

PERJALANAN skuad Persikabo pada musim kompetisi Divisi Utama Ligina tahun ini tampak tertatih tatih dan banyak menyimpan persoalan persoalan yang bisa menjadi ganjalan untuk langkah tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Bogor ini menuju tahta promosi ke Superliga. Boleh dikatakan, musim ini menjadi musim ”Sejarah” bagi Persikabo Kabupaten Bogor. Sejak awal pembentukan tim Persikabo untuk musim ini, Laskar Pajajaran julukan dari Persikabo diminati sekitar 12 calon pelatih dari luar Bogor. Dua belas pelatih itu harus mengikuti berbagai tahapan seleksi dan presentasi sebelum Ketua Umum Persikabo, Drs. H. Rachmat Yasin, MM menunjuk Meiyadi Rakasiwi sebagai pelatih yang lolos dari serangkaian seleksi. 
Selain itu, mantan pelatih Persikad Depok itu menyanggupi komitmen atau klausul 3 harus 4, karena kalau tidak dapat 4 poin, maka Meiyadi harus lengser dari kursi Head Coach Persikabo. Awal awal kehadiran Meiyadi Rakasiwi memang banyak yang meragukan secara kualitasnya. Apalagi, ia baru menangani satu klub Divisi Utama yakni Persikad Depok yang saat ini berada di Divisi I Ligina. Alhasil serangkaian uji coba yang dilakukan Persikabo selama ditangani Meiyadi Rakasiwi berakhir dengan hasil minor. Hal ini mulai membuat rasa tidak percaya Pendopo kepada mantan pemain PSMS Medan itu. Namun, RY masih memberikan kesempatan Meiyadi untuk mengawali kompetisi bersama Persikabo. Lagi lagi dewi fortuna kurang memayungi MR-25. Persikabo mengalami 3 kali kalah secara beruntun saat melakoni partai Away. Hingga vonis dari Ketua Umum Persikabo pun keluar dan Meiyadi harus lengser dari kursi pelatih Persikabo. 
Kini Persikabo ditangani Maman Suryaman, yang juga belum menunjukan grafik yang bagus saat melakoni partai away. Bahkan, Maman juga harus melakukan adaptasi dengan para pemain yang diboyong pelatih terdahulu. Hingga Maman kerap kesulitan saat akan melakukan penentuan pemain mana yang akan diturunkan. Apalagi, beberapa pemain Persikabo terkesan sudah setengah hati untuk berbaju Persikabo. 
Kondisi ini jelas menjadi PR buat Maman, manajemen dan juga RY selaku orang nomor satu di Persikabo. Tak heran, belum lama ini muncul wacana akan adanya pemain-pemain baru yang akan bergabun g dengan Persikabo pada putaran kedua nanti? Apakah pemain baru ini akan menjadi solusi bagi kemajuan prestasi Persikabo, jika para pemain yang ada saja sudah setengah hati dan terkesan sudah tidak loyal kepada Persikabo. 
Buktinya, pada saat para pemain yang masuk Line Up sedang berada di Stadion Persikabo untuk berjibaku dalam memenangkan pertandingan, ternyata ada beberapa pemain yang sama sekali tidak mau menyaksikan para pemain lainnya yang sedang bertanding. Mereka lebih asyik diam di Mess sambil bermain Play Station. 
Kondisi ini jelas sangat tidak bagus dan menunjukan tidak adanya kebersamaan hati para pemain untuk sama sama memberikan yang terbaik bagi Persikabo. Para pemain yang tidak masuk Line Up malah asyik main Play Station tersebut menandakan ia sudah tidak punya hati lagi untuk mendukung Persikabo, apalagi untuk memberikan yang terbaik. 
Para pemain Persikabo harusnya sadar diri, sadar profesinya sebagai pemain bola yang dikontrak dan digaji oleh pengurus Persikabo. Untuk itu, para pemain harus mampu menujukan sikap loyal kepada tim yang dibelanya. loyal kepada tim yang menggajinya dan loyal kepada para pengurus yang telah memberikan lapangan pekerjaannya. Para pemain juga harus mampu menjaga etika santun kepada sesama pemain, manajemen dan juga pengurus. Makanya, tak ada salahnya ketika para pemain yang lain sedang berkeringat di lapangan untuk mencari poin penting, maka para pemain yang tidak main juga harus bisa memberikan moril dan dorongan semangat kepada para pemain yang sedang bertanding. 
Saya berharap persoalan persoalan ini jangan dianggap sepele oleh Ketua Umum Persikabo. Pasalnya, kalau tidak disikapi dari sekarang, jangan harap Persikabo akan berada dalam situasi kondusif. Padahal, situasi yang kondusif adalah modal penting untuk mewujudkan target prestisius. 
”Birokrat Mulai Menghilang”
Selain itu, saya meminta kepada RY untuk mengingatkan kepada jajaran Birokrat, Camat, Kades ataupun karyawan Pemkab Bogor untuk memberikan dukungan kepada Persikabo, jika Persikabo sedang bertanding di Cibinong. Karena saya hanya melihat para birokrat yang aktif datang menyaksikan pertandingan Persikabo semakin menyusut saja. 
Apakah birokrat ketakutan diminta bonus. Beberapa birokrat yang masih sering kelihatan di Stadion Persikabo diantaranya, H. Didi Kurnia, M.Ridwan Ardiwinata, Sigit, Yadi Mulyadi, Bibin Subianto, Adam Dishub, Rustandi, Dadang Irfan, Adang Suptandar. Apakah para birokrat yang lain sudah tidak loyal lagi ke RY selaku Bupati Bogor ? Apakah RY sendiri tidak memberikan masukan kepada para birokrat, pengusaha dan para kades untuk ikut guyub mendukung Persikabo? 
Loyalitas dan kepedulian para birokrat di Kabupaten Bogor ini kalah dari ABG –ABG bahkan anak anak kecil yang datang dari penjuru Kabupaten Bogor yang selama ini masih setia dan memadati Stadion Persikabo. Mereka tak pernah kepanasan, mereka tak pernah kedinginan dan mereka rela berjalan kaki jauh-jauh ketika uang mereka habis. Sementara para birokrat yang punya fasilitas dan ekonomi lebih bagus, ternyata masih banyak yang tidak mau mendukung aset olahraga yang berharga bagi Kabupaten Bogor yakni Persikabo. 
Fenomena mulai ”Ngaleungit” para birokrat dalam beberapa kegiatan olahraga di Kabupaten Bogor terutama sepakbola perlu menjadi catatan khusus Ketua Umum Persikabo yang juga tercatat sebagai orang nomor satu di Kabupaten Bogor ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar